"Re, nanti ngumpul di rumah Cheira ya," ujarku pada Reyvi. "Jam berapa, Mai?" tanya Reyvi. "Jam 3. paling kita pulang jam setengah 5" jawabku. "Yah, maaf ya Mai, Che" ujar Reyvi menunduk. "Rizal lagi?" tekan Cheira. "Nanti dia marah......." seribu alasan dikeluarkan Reyvi. "Nggakpapa kan?" Reyvi memastikan. "Yaudah" ujar Cheira.
*****Rumah Cheira. tepatnya, kamar Cheira*****
"Mai" panggil Cheira pelan.
"Ya?" jawabku yang sedang sibuk foto-foto.
"Duuh!! Maiiraaa!! mulai deh narsisnya," keluh Cheira melihatku yang masih bergaya didepan kamera.
"Iya, iya maaf. kenapa?" ujarku sambil meletakkan iPad milik Cheira.
"Duuuh!!! kamu tuh ga peka banget sih! pantesan diputusin mulu" keluh Cheira lagi.
"Kamu tuh kerjaannya ngeluh mulu Che" sindirku.
"Hmmm,,, kamu ngerasa ada yang aneh sama Reyvi?" tanya Cheira.
"Nggak. dia tetap cantik, putih, pakai kacamata, rambutnya panjang.." belum selesai berbicara dipotong oleh Cheira.
"Yaampuuuunnnnn!!!!!! MAIIIRAAAA!!" jerit Cheira.
"Iya aku tau. sayangku, Cheira. iya. dia lebih sering sama pacarnya dari pada sama kita. kenapa sih dia? dia itu dulu sahabat kita paling perhatian. tapi itu DULU, Che DULU!" aku menekankan kata DULU.
"Aku sedih, Mai. apa ini tanda persahabatan kita sudah kadaluarsa?" tanya Cheira.
"Apaan sihhh!! Cheira ikutin Cinta Brontosaurus, huuuu" candaku.
"Maaiii, ini tuh nggak bercanda! kenapa sih di saat serius kayak gini kamu malahan bercanda!" bentak Cheira.
"Sekarang bukan Reyvi Mai yang berubah. TAPI KAMU!" bentak Cheira lalu menutup wajahnya menggunakan bantal. Ia menangis.
"Maaf Chei. Maaff bangeet!!! aku tau, kalo kamu lagi khawatir itu sensitif, nggak hanya kamu aja kok. aku juga gitu. tapi aku fikir ini bukan masalah kecil yang perlu dibesar besarkan, Chei" ucapku bersalah.
Cheira mulai mengangkat wajahnya. "Tapi ini bukan masalah kecil yang perlu dibesar besarkan, Mai. INI MASALAH BESAR!" Cheira menutup wajahnya lagi.
"Aku gak suka Maira yang kayak gini. yang nyepelein sesuatu. sekecil apapun itu harus diselesaikan Mai. Catat!" ujar Cheira jelas nggak jelas.
"Maaf" hanya itu yang dapat terucap dari mulutku. aku memang bodoh.
"Aku nggak butuh permintaan maaf kamu. aku hanya mau Reyvi ada di samping kita lagi, cukup!" tekan Cheira.
Gini nih, kalo Cheira udah marah.RIBET.
*****Besok Pagi Di Sekolah******
"Reyvi!" panggilku. ia menoleh
kutarik lengannya. "Reyvi mau diapain?" tanya Rizal.
"Apa sih, lo Riz?" tanyaku dengan nada angkuh.
"Apapun yang berurusan sama Reyvi harus tanya gue dulu! gue ngga mau dia tertekan karena masalah sepele doang!!" bentak Rizal.
"Lo siapanya Reyvi?" tanyaku membentak
"Se.. Eh, PACAR!!!" seru Rizal.
"Oohh,, kalian lagi bersandiwara? apa sih yang kalian sembunyiin dari gue sama Cheira, Hah?" tanyaku sopan nggak sopan. sebenernya nggak sopan karena suuzon.
"Nggak ada, Mai! sumpah!" ujar Reyvi. mukanya panik.
"Udahlah ya.. capek gue!! kenapa lo nggak terus terang aja sih Rey?" tanyaku
"Tapi terus terang apa?" tanya Reyvi
"Ngeles meeleeee" sindirku. aku segera berlalu.
Cheira masih marah. ia belum mendapatkan apa yang ia mau..
****** di rumah, 2 hari kemudian *********
Nit Nit Hpku berbunyi. SMS. dari Reyvi.
Mai, aku minta maaf kalo ada salah, ya. aku mohon sekali, ini permintaan terakhirku. mungkin kita nggak akan pernah ketemu, dan sahabatan lagi. ke rumahku sekarang juga ya, Mai. sampai ketemu sampai waktunya.
Kriiiiinggg Kriiiiiing Kriiiingggggg telepon berbunyi nyaring. aku meletakkan handphoneku.
karena aku sendirian, aku keluar kamar dan mengangkatnya.
"Hallo, Assalamualaikum" salamku.
"Waalaikumsalam" suara diseberang sana. suara laki-laki.
"Bisa bicara dengan Amira Humaira?" tanya seseorang diseberang sana.
"Ya, saya sendiri. siapa ya?" ujarku.
"Maaiii, ini Rizal" pecah tangis lelaki itu.
"Kenapa lo telepon gue? penting, ha?" tanyaku sombong.
"Reyvi, mai. Reyvi...." ujar Rizal yang masih menangis.
"Reyvi KENAPA? Bilang sama gue!" ujarku panik.
"Reyvi udah nggak ada"
aku shock. aku jatuh terduduk. gagang telepon pun masih bergelayutan.
aku berlari ke kamarku menahan air mata. tapi sudah tidak bisa dibendung. aku mengambil bau panjang, celana panjang, jaket, dan kerudung.
aku memanggil bang saman untuk mengantarku ke rumah Reyvi.
bendera kuning terpampang nyata di rumah Reyvi. banyak orang yasinan. aku berlari, masuk, memeluk Reyvi yang sudah menjadi jasad. bibir, kulitnya putih. tapi putih pucat.aku memeluknya. ada Cheira, Rizal dan teman lainnya disana. setelah memeluk Reyvi. aku bertanya pada Rizal.
"Zal, Reyvi meninggal kenapa?" tanyaku
"Kanker otak yang ternyata sudah lama di deritanya. tapi baru ketahuan seminggu yang lalu. dan sudah stadium 4. kemarin pulang sekolah ia drop, koma, dan......."
"Lo tau darimana? kenapa gue, dan Cheira nggak dikasih tau?"
"Dia yang minta. sebenernya gue bukan pacarnya tapi sepupunya" terang rizal
"Oh iya, ada titipan surat dari Reyvi.
Maira, Cheira.
Kalian, jika saja aku mempunyai umur yang lebih panjang. aku akan bermain, bernyanyi, tertawa bersama kalian lagi. tapi maaf, ini sudah takdir. maafkan aku ya. aku sudah memaafkan kesalahan kalian semua. aku sayang kalian, maaf aku seminggu ini selalu menolak ajakan kalian. kalian sudah tau sendiri dekarang apa sebabnya. maafkan aku, sekali lagi..... ILYSM MY BFF
Reyvita Ananda.
Sayangi sahabat kalian selagi masih ada
*****Rumah Cheira. tepatnya, kamar Cheira*****
"Mai" panggil Cheira pelan.
"Ya?" jawabku yang sedang sibuk foto-foto.
"Duuh!! Maiiraaa!! mulai deh narsisnya," keluh Cheira melihatku yang masih bergaya didepan kamera.
"Iya, iya maaf. kenapa?" ujarku sambil meletakkan iPad milik Cheira.
"Duuuh!!! kamu tuh ga peka banget sih! pantesan diputusin mulu" keluh Cheira lagi.
"Kamu tuh kerjaannya ngeluh mulu Che" sindirku.
"Hmmm,,, kamu ngerasa ada yang aneh sama Reyvi?" tanya Cheira.
"Nggak. dia tetap cantik, putih, pakai kacamata, rambutnya panjang.." belum selesai berbicara dipotong oleh Cheira.
"Yaampuuuunnnnn!!!!!! MAIIIRAAAA!!" jerit Cheira.
"Iya aku tau. sayangku, Cheira. iya. dia lebih sering sama pacarnya dari pada sama kita. kenapa sih dia? dia itu dulu sahabat kita paling perhatian. tapi itu DULU, Che DULU!" aku menekankan kata DULU.
"Aku sedih, Mai. apa ini tanda persahabatan kita sudah kadaluarsa?" tanya Cheira.
"Apaan sihhh!! Cheira ikutin Cinta Brontosaurus, huuuu" candaku.
"Maaiii, ini tuh nggak bercanda! kenapa sih di saat serius kayak gini kamu malahan bercanda!" bentak Cheira.
"Sekarang bukan Reyvi Mai yang berubah. TAPI KAMU!" bentak Cheira lalu menutup wajahnya menggunakan bantal. Ia menangis.
"Maaf Chei. Maaff bangeet!!! aku tau, kalo kamu lagi khawatir itu sensitif, nggak hanya kamu aja kok. aku juga gitu. tapi aku fikir ini bukan masalah kecil yang perlu dibesar besarkan, Chei" ucapku bersalah.
Cheira mulai mengangkat wajahnya. "Tapi ini bukan masalah kecil yang perlu dibesar besarkan, Mai. INI MASALAH BESAR!" Cheira menutup wajahnya lagi.
"Aku gak suka Maira yang kayak gini. yang nyepelein sesuatu. sekecil apapun itu harus diselesaikan Mai. Catat!" ujar Cheira jelas nggak jelas.
"Maaf" hanya itu yang dapat terucap dari mulutku. aku memang bodoh.
"Aku nggak butuh permintaan maaf kamu. aku hanya mau Reyvi ada di samping kita lagi, cukup!" tekan Cheira.
Gini nih, kalo Cheira udah marah.RIBET.
*****Besok Pagi Di Sekolah******
"Reyvi!" panggilku. ia menoleh
kutarik lengannya. "Reyvi mau diapain?" tanya Rizal.
"Apa sih, lo Riz?" tanyaku dengan nada angkuh.
"Apapun yang berurusan sama Reyvi harus tanya gue dulu! gue ngga mau dia tertekan karena masalah sepele doang!!" bentak Rizal.
"Lo siapanya Reyvi?" tanyaku membentak
"Se.. Eh, PACAR!!!" seru Rizal.
"Oohh,, kalian lagi bersandiwara? apa sih yang kalian sembunyiin dari gue sama Cheira, Hah?" tanyaku sopan nggak sopan. sebenernya nggak sopan karena suuzon.
"Nggak ada, Mai! sumpah!" ujar Reyvi. mukanya panik.
"Udahlah ya.. capek gue!! kenapa lo nggak terus terang aja sih Rey?" tanyaku
"Tapi terus terang apa?" tanya Reyvi
"Ngeles meeleeee" sindirku. aku segera berlalu.
Cheira masih marah. ia belum mendapatkan apa yang ia mau..
****** di rumah, 2 hari kemudian *********
Nit Nit Hpku berbunyi. SMS. dari Reyvi.
Mai, aku minta maaf kalo ada salah, ya. aku mohon sekali, ini permintaan terakhirku. mungkin kita nggak akan pernah ketemu, dan sahabatan lagi. ke rumahku sekarang juga ya, Mai. sampai ketemu sampai waktunya.
Kriiiiinggg Kriiiiiing Kriiiingggggg telepon berbunyi nyaring. aku meletakkan handphoneku.
karena aku sendirian, aku keluar kamar dan mengangkatnya.
"Hallo, Assalamualaikum" salamku.
"Waalaikumsalam" suara diseberang sana. suara laki-laki.
"Bisa bicara dengan Amira Humaira?" tanya seseorang diseberang sana.
"Ya, saya sendiri. siapa ya?" ujarku.
"Maaiii, ini Rizal" pecah tangis lelaki itu.
"Kenapa lo telepon gue? penting, ha?" tanyaku sombong.
"Reyvi, mai. Reyvi...." ujar Rizal yang masih menangis.
"Reyvi KENAPA? Bilang sama gue!" ujarku panik.
"Reyvi udah nggak ada"
aku shock. aku jatuh terduduk. gagang telepon pun masih bergelayutan.
aku berlari ke kamarku menahan air mata. tapi sudah tidak bisa dibendung. aku mengambil bau panjang, celana panjang, jaket, dan kerudung.
aku memanggil bang saman untuk mengantarku ke rumah Reyvi.
bendera kuning terpampang nyata di rumah Reyvi. banyak orang yasinan. aku berlari, masuk, memeluk Reyvi yang sudah menjadi jasad. bibir, kulitnya putih. tapi putih pucat.aku memeluknya. ada Cheira, Rizal dan teman lainnya disana. setelah memeluk Reyvi. aku bertanya pada Rizal.
"Zal, Reyvi meninggal kenapa?" tanyaku
"Kanker otak yang ternyata sudah lama di deritanya. tapi baru ketahuan seminggu yang lalu. dan sudah stadium 4. kemarin pulang sekolah ia drop, koma, dan......."
"Lo tau darimana? kenapa gue, dan Cheira nggak dikasih tau?"
"Dia yang minta. sebenernya gue bukan pacarnya tapi sepupunya" terang rizal
"Oh iya, ada titipan surat dari Reyvi.
Maira, Cheira.
Kalian, jika saja aku mempunyai umur yang lebih panjang. aku akan bermain, bernyanyi, tertawa bersama kalian lagi. tapi maaf, ini sudah takdir. maafkan aku ya. aku sudah memaafkan kesalahan kalian semua. aku sayang kalian, maaf aku seminggu ini selalu menolak ajakan kalian. kalian sudah tau sendiri dekarang apa sebabnya. maafkan aku, sekali lagi..... ILYSM MY BFF
Reyvita Ananda.
Sayangi sahabat kalian selagi masih ada
- 21:26
- 0 Comments